Senin, 05 Juni 2017

10 Berita Pendidikan

1. Dinas Pendidikan Solo Bersiap Menerapkan Lima Hari Sekolah 

Pythag Kurniati • Selasa, 23 May 2017 11:34 WIB 

Metrotvnews.com, Solo: Pemerintah Kota Solo mulai bersiap-siap menerapkan sekolah lima hari pada tahun ajaran 2017/2018. Seluruh sekolah di Solo diminta membuat dua jadwal alternatif.

"Kita perintahkan membuat dua jadwal, jadwal enam hari sekolah dan jadwal lima hari sekolah," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Solo Etty Retnowati, Selasa 23 Mei 2017.

Menurut Etty, dua jadwal disipakan agar sewaktu-waktu sekolah siap bila lima hari sekolah diberlakukan. "Sudah ada persiapan dari jadwal yang dibuat. Jadi tidak kaget," imbuhnya.

Namun, lanjut Etty, perubahan hanya berlaku pada hari operasional sekolah. Sedangkan untuk kurikulum, tidak mengalami perubahan. Begitu pula dengan jumlah mata pelajaran. 

"Kurikulum tetap sama. Kalau masih KTSP ya KTSP, kalau K13 ya pakai itu," jelas Etty. 

Tindak lanjut lainnya, Dinas Pendidikan meminta sekolah menyediakan fasilitas penunjang lima hari sekolah, speerti kantin dan tempat ibadah. Kantin disiapkan untuk mengantisipasi siswa yang tidak membawa bekal. Tempat ibadah juga perlu disiapkan karena jam pelajaran akan lebih panjang. 

Sebelumnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendi memastikan, kebijakan lima hari sekolah akan diterapkan mulai tahun ajaran 2017-2018. Menurutnya, akan ada perubahan-perubahan pengorganisasian pembelajaran. 

Guru wajib berada di sekolah tidak kurang dari 8 jam. Hari sekolah akan diberlakukan lima hari seminggu. Sedangkan, Sabtu dan Minggu diliburkan untuk hari keluarga.


2. Wantimpres Kaget Sekolah Kejuruan di Kudus Berkualitas Internasional
Sjaichul Anwar • Senin, 22 May 2017 19:06 WIB

Metrotvnews.com, Kudus: Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Sudarto Danusubroto mengaku kaget saat melakukan kunjungan kerja ke Kudus, Jawa Tengah. Pasalnya, kabupaten tersebut memiliki sejumlah sekolah kejuruan berkualitas internasional.

Sudarta menilai kualitas itu tak dimiliki daerah lain, bahkan Jakarta. Sudarta bahkan membuktikan kualitas itu dengan menyaksikan keahlian pelajar.

Beberapa sekolah kejuruan yang didatangi Sudarta yaitu SMK Maritim Wisuda Karya, sekolah kuliner SMK 1 Kudus, sekolah fashion SMK NU Banat, serta sekolah animasi SMK Raden Umar Said (RUS). 

Ketika mencoba simulator digital di SMK Maritim Wisuda Karya, Sudarto menilai terobosan di sektor pendidikan seperti yang dilakukan oleh Bupati Musthofa Wardoyo, patut dicontoh oleh kepala daerah lain. 

"Meskipun Kudus tak punya wilayah laut, saya bangga dengan sekolah maritim ini. Seharusnya bukan hanya di Kudus saja. Tetapi juga daerah lain di Indonesia. Sekolah ini sangat bagus dan tepat dengan cita-cita Presiden RI Jokowi. Yakni agar bangsa Indonesia bisa mengoptimalkan potensi maritim yang memiliki luas 70 persen dari total luas wilayah nusantara ini," kata Sudarto di Kudus, Senin siang 22 Mei 2017.

Menanggapi pujian tersebut, Bupati Musthofa Wardoyo menjelaskan keberadaan sejumlah sekolah kejuruan berkualitas internasional di Kudus adalah berkat konsistensi menjalankan visi pemerintah daerah. Pemerintah pun menggandeng pihak swasta untuk berkolaborasi.

"Sesuai dengan tekad kami. Yakni dari Kudus, Jawa Tengah untuk Indonesia Kuasai Dunia," ujar Bupati Musthofa.

Bupati mengaku menerapkan strategi yang berbeda. Jika sebagian besar daerah lebih fokus pada pendidikan umum, ia fokus pada pendidikan vokasi dengan melakukan revitalisasi sekolah-sekolah kejuruan di Kudus. 

Tujuannya, sekalipun pelajar-pelajar di Kudus tidak menempuh pendidikan tinggi, tapi mereka punya kualitas terbaik untuk bersaing di dunia kerja. 

Selain memiliki SMK maritim yang sangat maju, Kudus juga memiliki sekolah kejuruan tata busana (fashion) yang bahkan sudah memasarkan brand produk busana sendiri. 

Sekolah kejuruan animasi di Kudus sudah menghasilkan animasi 3D yang diputar di bioskop. Alumni sekolah animasi ini menjadi rebutan berbagai rumah produksi besar termasuk di manca negara. 


3. Angka Putus Sekolah di Papua Menurun 
Kamis, 04 May 2017 21:33 WIB 

Metrotvnews.com, Jakarta: Angka putus sekolah di Papua disebut menurun. Indikasinya, akses masyarakat terhadap layanan pendidikan terus meningkat.

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Papua, Elias Wonda, mengatakan pihaknya terus berupaya meningkatkan akses dan kualitas pendidikan bagi anak-anak Papua. 

"Angka Partisipasi Kasar (APK) SD menunjukkan perkembangan yang bagus," kata dia, dalam keterangan tertulis, Kamis 4 Mei 2017.

Elias mengatakan, dilihat dari partisipasi anak usia 3-6 tahun yang mengikuti pendidikan anak usia dini (PAUD), angkanya juga terus meningkat. Hal ini didorong dengan adanya program satu desa/kampung satu PAUD.

Indikator lain, lanjut dia, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Papua juga terus bergerak maju walaupun perlahan. "Saya akui untuk meningkatkan IPM butuh waktu 10-20 tahun ke depan. Untuk itu, dengan segala daya yang ada kami berkomitmen mengenjotnya."

Elias mengatakan peningkatan IPM seiring dengan peningkatan infrastruktur pendidikan, peningkatan partisipasi sekolah, dan akreditasi satuan pendidikan.

"Di bidang infrastruktur pendidikan tercatat beberapa kemajuan berarti," kata dia.


4. Tahun Ajaran Baru, Siswa SD Wajib Nyanyikan Indonesia Raya Tiap Hari 

Darbe Tyas Waskitha • Kamis, 27 Apr 2017 11:38 WIB 

Metrotvnews.com, Purwokerto: Pemerintah bakal menerapkan pendidikan karakter untuk anak anak yang duduk di bangku Sekolah dasar (SD). Salah satu agendanya yaitu mewajibkan seluruh siswa menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya setiap hari.

Hal itu disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy dalam acara pendeklarasian pendidikan karakter jenjang SD di Banyumas, Jawa Tengah, Kamis 27 April 2017. Menurut Muhadjir, pendidikan karakter dimulai pada tahun ajaran baru 2017/2018. 

"Penguatan pendidikan karakter penting ditanamkan sejak usia SD. Penanaman karakter menjadi dasar untuk membentuk kepribadian yang baik di masa mendatang," terang Muhadjir dalam kegiatan di Banyumas tersebut.

Tahun ajaran baru nanti, lanjut Muhadjir, pendidikan dasar akan menerapkan pola pembelajaran delapan jam di lima hari sekolah. Setiap pagi, para siswa wajib menyanyikan lagu Indonesia Raya. Muhadjir mengatakan akan menerbitkan surat edaran untuk pemberlakuan sistem itu.

"Selain itu, siswa juga harus belajar menjadi pemimpin untuk dirinya sendiri maupun orang lain," ujar Muhadjir.

Bukan hanya siswa, surat edaran juga menuntut guru lebih kreatif dan fleksibel menggelar kegiatan belajar mengajar sesuai kebutuhan siswa. Sebab sekolah merupakan rumah kedua bagi siswa.

Lantaran itu, Muhadjir meminta guru dan pengelola menjadikan sekolah sebagai tempat yang aman dan nyaman. Para siswa juga dapat lebih betah dan karakternya terbentuk di sekolah.

Muhadjir menjelaskan porsi pendidikan karakter untuk siswa SD sebesar 70 persen. Sedangkan porsi pendidikan karakter untuk siswa SMP yaitu 60 persen.

"Jam belajar untuk beberapa mata pelajaran umum akan dikurangi dan lebih banyak menempatkan porsi untuk membentuk karakter siswa," kata Muhadjir.

Muhadjir mengklaim pola pendidikan ini sesuai dengan harapan pemerintah. Sebab pemerintah menginginkan generasi muda bangsa tumbuh menjadi unggul pada tahun 2045. 


5. Siswa SD di Sumenep Mogok Belajar 

Rahmatullah • Senin, 20 Mar 2017 12:36 WIB 

Metrotvnews.com, Sumenep: Kegiatan belajar mengajar di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Banaresep Timur I, Desa Banaresep Timur, Kecamatan Lenteng, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, berhenti, Senin 20 Maret 2017. Pasalnya, kelas di sekolah tersebut diduduki para wali murid.

Sejak pagi, kelas-kelas di sekolah itu sepi siswa. Sebagai gantinya, bangku sekolah justru diisi oleh wali murid yang didominasi ibu-ibu.

Pendudukan ini sebagai wujud protes rencana penggantian kepala sekolah. “Kami tidak ingin kepsek dimutasi ke sekolah lain, karena dia sudah membuktikan mampu membangun sekolah ini,” terang salah satu wali siswa, Alfia.

Menurut Alfia, kepsek yang lama, yakni Akh. Zaini, selama bertugas dua tahun sudah berhasil membawa perubahan. Siswa yang sebelumnya bermalas-malasan, akhirnya keranjingan belajar sejak kedatangan Zaini.

“Makanya kami sangat menyesalkan jika kepsek diganti,” terangnya.

Alfia mengaku bukan warga setempat, tapi dari desa sebelah. Hanya karena Zaini dianggap berhasil menumbuhkan semangat belajar siswa, Alfia menyekolahkan anaknya ke sekolah tersebut.

Protes puluhan wali siswa ini ditemui para guru dan Akh. Zaini. Di hadapan para wali siswa, Zaini mengaku tidak dapat berbuat banyak. Sebagai aparatur sipil negara yang harus patuh terhadap semua kebijakan atasan, dia hanya bisa menerima keputusan pergantian personel pimpinan sekolah itu.

“Kita harus memahami bahwa mutasi itu hal biasa. Sebagai ASN, saya harus mematuhi semua perintah bupati,” ujarnya. 


6. Ajaran Baru, Siswa SD/SMP Negeri dan Swasta di Tangerang Gratis 

Farhan Dwitama • Sabtu, 18 Mar 2017 11:58 WIB 

Metrotvnews.com, Tangerang: Pemerintah Kota Tangerang, mengangarkan dana Rp1.1 triliun untuk bidang pendidikan tahun anggaran 2017. Dana itu digelontorkan untuk mengratiskan biaya pendidikan setingkat SD hingga SMP negeri maupun swasta yang berlaku pada tahun ajaran 2017/2018.

"SMP dan SD baik Negeri maupun Swasta kita gratiskan, oleh karenanya bapak ibunya juga harus mau menyekolahkan anaknya," kata Wali Kota Tangerang Arief R. Wismansyah, yang juga menjelaskan program Satgas Wajib Belajar 12 Tahun yang bertugas untuk meminimalisir jumlah putus sekolah anak-anak di Kota Tangerang. 

Penggratisan biaya operasional sekolah tersebut dimaksudkan untuk membuka aksesibilitas para generasi muda di Kota Tangerang. Sebab pendidikan merupakan modal pembangunan. "Karena pendidikan ini adalah investasi masa depan Kota Tangerang," jelas Arief.

Dijelaskannya, pada tahun 2017 ini Pemkot Tangerang telah menganggarkan Rp1,1 triliun untuk bidang pendidikan, termasuk didalamnya Rp105,3 miliar untuk membiayai operasional 399 SD Negeri, 135 SD Swasta, dan 1 MI Negeri. Serta Rp66,03 miliar untuk membiayai operasional 24 SMP Negeri, 164 SMP Swasta dan 3 MTS Negeri.

"Saya ingin masyarakat Kota Tangerang punya bekal yang cukup untuk menghadapi persaingan global yang semakin ketat," cetusnya.

Wali Kota yang hadir bersama Wakil Wali Kota Sachrudin juga meminta kepada 1325 kader posyandu yang hadir untuk bisa berkontribusi nyata dalam pembangunan terutama pencegahan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) termasuk didalamnya usaha untuk bersama memerangi narkoba dan kenakalan remaja yang marak sebagai dampak negatif perkembangan teknologi informasi.

"Oleh karenanya orang tua, juga harus ikut serta dalam membangun kota ini dengan memberikan perhatian yang cukup untuk anak-anaknya, dan kader posyandu bisa mendampingi para orang tua tersebut dalam membesarkan anak-anak mereka," kata Arief.


7. Siswa SD di Banyuwangi Wajib Mengunjungi Perpustakaan 

• Rabu, 08 Feb 2017 10:38 WIB 

Metrotvnews.com, Banyuwangi: Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mewajibkan siswa sekolah dasar (SD) mengunjungi perpustakaan. Minimal, siswa SD sepekan sekali mendatangi perpustakaan untuk meningkatkan minat baca.

"Bukan hanya membaca, mereka juga diminta untuk membuat ringkasan atas buku yang telah dibacanya," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu 8 Februari 2017. Ia mengatakan, kewajiban mengunjungi perpustakaan merupakan salah satu cara mendorong budaya membaca sejak dini di kalangan masyarakat. Membangun budaya baca tidak dapat dipisahkan dari buku dan perpustakaan.

"Di awal memang perlu kita sedikit paksa siswa untuk datang ke perpustakaan, untuk membentuk kebiasaan. Setelah mereka terbiasa dengan rutinitas ini, harapan kami tumbuh minat baca pada setiap siswa," ujarnya.

Anas menjelaskan, peran perpustakaan di sebuah negara sangatlah penting. Perpustakaan adalah institusi yang turut berperan melestarikan kebudayaan dan ilmu pengetahuan satu bangsa.

"Perpustakaan itu menggambarkan perkembangan ilmu pengetahuan suatu negara. Apa yang dihasilkan oleh generasi-generasinya, ada di sana," ujar Anas.

Anas menambahkan, kemajuan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh minat baca masyarakatnya. Terlebih, saat ini dihadapkan pada kenyataan rendahnya minat baca penduduk Indonesia, termasuk di kalangan anak-anak.

"Seperti yang kita baca dari sejumlah media, data UNESCO menunjukkan pada 2012 persentase minat baca anak Indonesia sekitar 0,001 persen saja. Perbandingannya, hanya satu dari 10 ribu anak yang punya kegemaran membaca. Ini tantangan kita bersama," katanya.

Karena itu, perlu dilakukan pendekatan khusus untuk menumbuhkan kecintaan siswa pada buku. "Menambah pengetahuan itu kuncinya, ya, baca buku," kata Anas.

Anas telah menyiapkan berbagai program untuk meningkatkan literasi di masyarakat. Dari sisi sarana dan prasarana, selain menyediakan mobil dan motor perpustakan keliling yang bertugas di seluruh wilayah Banyuwangi, pemerintah juga mewajibkan di setiap kantor desa diadakan perpustakaan desa.

Ada tiga mobil keliling yang setiap harinya mengunjungi sekolah, pondok pesantren dan perguruan tinggi. "Seiring program Smart Kampung, di setiap kantor desa harus disediakan perpustakaan," kata Anas.

Selain itu, pemerintah menyiapkan container library yang diletakkan di sejumlah titik strategis. Untuk tahap awal dibangun di dekat Stadion Diponegoro. Kontainer tersebut berisi beragam buku dengan suasana di sekitarnya yang dibangun senyaman mungkin.

"Kontainernya sudah datang, sekarang sedang didesain dan ditata isinya. Tahun ini juga akan kita tambah kontainer serupa di sejumlah titik, termasuk di destinasi wisata," kata dia.

Untuk menambah perpustakaan yang mudah dijangkau publik, Anas juga menginstruksikan perpustakaan milik sekolah untuk dibuka bagi umum.

Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Pemerintah Kabupaten Banyuwangi Abdul Kadir menambahkan program siswa SD wajib berkunjung ke perpustakaan mulai Februari 2017. Masing-masing sekolah diwajibkan mengirim 50-100 siswa setiap pekan.

Dengan skema itu, satu siswa paling tidak berkunjung ke perpustakaan sekali dalam sepekan. "Selain membaca buku, anak-anak juga diwajibkan membuat resume buku yang telah dibacanya," terang Kadir. (Antara)


8. Siswa SDN Sindangmulya 02 Belajar di Lantai 

Oleh : Angga Wijaya | Mike Wangge | Kamis, 02 Pebruari 2017 | 14:10 WIB 

BEKASI, PJ - SD Negeri Sindangmulya 02 letaknya hanya kurang lebih 8 kilometer dari Ibukota Kabupaten Bekasi, Cikarang. Namun ironi karena sekolah yang dekat dengan Ibukotanya ini kurang mendapat perhatian dari Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi. 

Sudah dua bulan anak sekolah SDN 02 Sindangmulya, Kecamatan Cibarusah Kabupaten Bekasi ini belajar di lantai karena tidak memiliki bangku sebagaimana sekolah-sekolah lainnya. Meskipun sekolah tersebut memiliki gedung baru dan megah. 

Kepala SDN Sindangmulya 02, En Marhumah mengatakan kondisi ini terjadi sudah berlangsung dua bulan karena perlengkapan mebeler seperti kursi dan meja untuk gedung yang baru selesai dibangun dan diserahterimakan pada awal Januari 2017 lalu itu, belum tersedia. 

Sebelum memiliki gedung baru, sambungnya, SDN Sindangmulya 02 yang memiliki 603 orang siswa menerapkan sistem belajar dua shift. Sekarang disatukan hanya satu shift saja. Konsekuensinya, siswa belajar lesehan di gedung baru sambil menunggu permintaan mebeler diberikan oleh Pemda Kabupaten Bekasi. 

Dia mengatakan sudah menyapaikan hal inin kepada orang tua murid agar bias menerima keadaan ini, sambil pihaknya mengakukan proposal ke Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi, namun hingga kini permintaan tersebut belum kunjung dipenuhi. 

‘’Saya sudah mengajukan permohonan ke Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi pertengahan dan akhir tahun 2016 lalu. Namun hingga saat ini permohonan itu belum juga dikabulkan,’’ tuturnya. 

Dia menjelaskan ada enam ruangan dari gedung baru yang belum memiliki mebeler. Lima di antaranya untuk kelas 6 A dan B juga klas 5 A, B dan C. Sedangkan satu ruangan lagi rencananya digunakan untuk perpustakan dan Taman Bacaan Sekolah. 

“Kami berharap Dinas Pendidikan bisa secepatnya mengabulkan permintaan mebeler ke sekolah ini karena kasihan juga banyak anak yang deprok sekolahnya,” kata dia.


9.Kebakaran Landa Sekolah di Tulungagung, Bagaimana Nasib Siswanya? 

Zainul Arifin 27 Mar 2017, 19:01 WIB 

Ratusan siswa Taman Kanak-kanak - Sekolah Dasar Baitul Quran di Desa Mangunsari, Kecamatan Kedungwaru, Tulungagung, Jawa Timur, hampir rata tanah usai ludes terbakar. AKibat kebakaran itu, pihak sekolah terpaksa meliburkan seluruh kegiatan belajar mengajar untuk sementara waktu. 

Kebakaran yang menimpa bangunan milik Yayasan Baitul Qur’an itu terjadi dini hari tadi. Sejumlah ruangan kelas dan kantor sekolah yang terbuat dari kayu hangus terbakar. Seluruh fasilitas seperti peralatan komputer, buku pelajaran, buku raport siswa dan dokumen ikut musnah. 

Ketua Yayasan Baitul Qur’an, Ali Said mengatakan, kebakaran itu diperkirakan berasal dari hubungan arus pendek listrik sekitar pukul 00.15 WIB. Api kemudian langsung membesar dan membakar bangunan kelas berbahan triplek. 

"Saat itu saya terbangun karena mendengar suara gemeretak, begitu keluar rumah terlihat api sudah membakar dedaunan pohon dan merembet ke bangunan," kata Ali di Tulungagung, Senin (27/3/2017). 

Ali tinggal di rumah yang masih satu kompleks dengan sekolah dasar yang terbakar tersebut. Petugas pemadam kebakaran tiba di lokasi kejadian 15 menit setelah dihubungi Ali. 

Banyaknya material mudah terbakar membuat api cepat melahap bangunan sekolah tersebut. Api bisa dijinakkan sekitar dua jam kemudian. 

Petugas PMK Tulungagung yang tiba dilokasi selang 15 menit usai laporan diterima langsung melakukan upaya pemadaman dengan menyemprotan air. Banyaknya material mudah terbakar membuat api cepat membesar. Api baru dapat dipadamkan 2 jam kemudian dengan isi bangunan ludes dilalap api. 

Beruntungnya tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu dan kerugian ditaksir mencapai Rp 300 juta. Usai kejadian itu, pagi tadi sejumlah karyawan sekolah bersama warga membersihkan puing kebakaran. Sejumlah siswa sekolah dasar ini juga turut memilah buku yang tersisa sekaligus memusnahkannya. 

"Proses belajar-mengajar diliburkan, kita benahi dulu. Insya Allah tiga hari lagi sudah bisa masuk kembali," tegas Ali.


10.Rayakan Hari Kartini, Siswa SD di Yogyakarta Kirab Gunungan 

Bagus Kurniawan - detikNews 

Yogyakarta - Ratusan siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) Bhayangkara, Gondokusuman Kota Yogyakarta memperingati hari kartini dengan melakukan kirab gunungan gathot dan tiwul, Jumat (21/4/2017). Kirab budaya bertema tersebut mengusung tema "Kartini Seneng Gathot lan Tiwul".
Kirab budaya dilakukan berkeliling sekitar sekolah di kawasan Balapan, Klitren, Kecamatan Gondokuman. Semua peserta mulai kelas I-VI mengenakan busana adat seluruh nusantara.

Satu buah gunungan terbuat dari bahan ketela pohon yang diolah menjadi makanan khas gathot dan tiwul. Gathot dan tiwul diletakkan mengelilingi gunungan yang berbentuk kerucut. Beberapa sayuran dan hasil bumi seperti terong, kacang panjang, cabai dan jagung ditempatkan dibagian bawah. Gunungan tersebut merupakan karya siswa, guru bersama orangtua murid.

Saat kirab berlangsung semua guru wali kelas juga mengenakan pakaian adat. Mereka ikut mengawal dan mendampingi siswa masing-masing kelas. Suasana gembira terlihat ketika para siswa dengan mengenakan pakaian adat seluruh nusantara itu berkeliling kampung sekitar sekolah.

"Acara ini untuk memperingati hari Kartini sekaligus peringatan hari bumi," ungkap Kepala Sekolah SDN Bhayangkara, Dewi Partini, MPd kepada wartawan.

Selain emansipasi kata Dewi, sekolah bersama siswa ingin menyampaikan pesan pentingnya keseimbangan hubungan antara manusia dengan bumi atau lingkungan yang harus terjaga. Sekolah ingin mengajarkan secara langsung kepada siswa mengenai lingkungan sekitar.

"Siswa-siswa bisa mengerti bila lingkungan dan bumi adalah tidak hanya untuk manusia saja tapi juga untuk makhluk hidup lainnya," pungkas Dewi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar